A.
Latar
Belakang Masalah
Perubahan
merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kemampuan berpikir dan berinteraksi
antar sesama dalam proses yang panjang, menghasilkan peradaban. Beberapa ilmuan
telah membuat pembabakan atau periodisasi peradaban manusia, salahsatunya
adalah Alvin Toffler.
Menurut
Toffler, peradaban manusia terdiri dari tiga zaman. Pertama adalah zaman
pertanian, zaman industri, dan yang ketiga adalah zaman informasi. Zaman pertanian mencakup aktivitas manusia sejak mulai
berburu dan meramu, sampai dengan bertani menetap. Berubahnya aktivitas food
gathering menjadi food producing.
Revolusi
industri yang dilanjutkan dengan dibangunnya pabrik-pabrik berskala menengah
dan besar, adalah wilayah kajian zaman industri. Zaman ini mulai ditandai
dengan adanya perubahan, yaitu tenaga manusia digantikan oleh mesin. Berbagai
sektor kehidupan baru secara massal bermunculan, seperti bisnis, transportasi,
dan pendidikan. Tahun 2000, zaman informasi telah mengguncang dunia, bahkan
lebih dahsyat dari yang pernah dibayangkan.
Zaman
informasi ini, menegaskan bahwa jarak geografis tidak lagi menjadi faktor
penghambat dalam hubungan antara manusia atau antar lembaga usaha. Berbagai
informasi dapat diakses dengan mudah sekaligus cepat. Setiap perkembangan dapat
diikuti dimanapun berada. Istilah “jarak sudah mati” atau “distance is dead”
makin lama makin nyata kebenarannya. Zaman informasi menyebabkan jagad ini
menjadi suatu “dusun semesta” atau “global village.
Zaman
informasi yang sudah berkembang sedemikian rupa seperti sekarng ini, hanya
mungkin dengan adanya dukungan teknologi. Teknologi inilah yang menyampaikan
beragam dan banyak informasi. Teknologi telematika (selama beberapa dasawarsa
ini) telah berkembang sehingga mampu menyampaikan (mentransfer) sejumlah besar
informasi.
Sementara
itu, di Indonesia, perkembangan telematika masih tertinggal apabila
dibandingkan dengan negara lain. Cina misalnya, kini sudah dapat mendahului
republik ini dalam hal aplikasi komputer dan internet, begitupula Singapura,
Malaysia, dan India yang jauh meninggalkan Indonesia. Tampaknya masalah political
will pemerintah yang belum serius, serta belum beresnya aturan fundamental
adalah penyebab kekurangan tersebut. Contoh nyatanya ialah penutupan situs
porno dan situs yang menyajikan film fitnah menyusul dengan disetujuinya
Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik pada medio 2007 dan awal tahun
2008, oleh Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo).
Keadaan ini
merupakan realitas objektif yang terjadi di Indonesia sekarang, tidak termasuk
wilayah yang belum tersentuh teknologi telematika, semisal Indonesia Timur yang
masih terbatas pasokan listrik. Amat mungkin, beberapa bagian dari wilayah
tersebut belum mengenal telematika.
Seperti apa
wujud Indonesia di masa depan yang terkait dengan telematika, bergantung pada
kenyataan sekarang. Selanjutnya masa sekarang ini, dibangunoleh hasil dari
perjalanan masa lalu. Untuk yang disebutkan terakhir inilah, makalah ini
dihidangkan. Sebagai usaha membuat tulisan sejarah, yang lebih cocok
dikategorikan sebagai sebuah tulisan rintisan, boleh jadi akan bersifat
subyektif. Dengan demikian, undangan untuk mengembangkan gagasan baru yag lebih
segar (up to date) adalah suatu keniscayaan.
B. Ruang Lingkup Telematika
·
Batasan
Telematika
Istilah
telematika merupakan adopsi dari bahasa asing. Kata telematika berasal dari
kata dalam bahasa Prancis, yaitu telematique. Istilah ini pertama
kali digunakan pada tahun 1978 oleh Simon Nora dan Alain Minc dalam bukunya
yang berjudul L’informatisation de la Societe.
Telematika menunjuk pada hakikat cyberspace sebagai suatu sistem
elektronik yang lahir dari perkembangan dan konvergensi telekominikasi, media,
dan informatika. Dalam Pengantar pada Mata Kuliah Hukum
Telematikan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, dinyatakan bahwa istilah
telematika merujuk pada perkembangan konvergensi antara teknologi
telekomunikasi, media, dan informatika yang semula masing-masing berkembang
secara terpisah. Konvergensi telematika kemudian dipahami sebagai sistem elektronik
berbasiskan digital atau the net.
Menurut
Kerangka Kebijakan Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia,
disebutkan bahwa teknologi telematika merupakan singkatan dari teknologi
komunikasi, media, dan onformatika[9]. Senada dengan
pendapat pemerintah, telematika diartikan sebagai singkatan dari tele =
telekomunikasi, ma = multimedia, dan tika = informatika.
Mengacu
kepada penggunaan dikalangan masyarakat telematika Indonesia (MASTEL), istilah
telematika berarti perpaduan atau pembauran (konvergensi) antara teknologi
informasi (teknologi komputer), teknologi telekomunikasi, termasuk siaran radio
maupun televisi dan multimedia. Dalam perkembangannya,
teknologi telematika ini telah menggunakan kecepatan dan jangkauan transmisi
energi elektromagnetik, sehingga sejumlah besar informasi dapat ditransmisikan
dengan jangkauan, menurut keperluan, sampai seluruh dunia, bahkan ke seluruh
angkasa, serta terlaksana dalam sekejap. Kecepatan transmisi elektromagnetik
adalah (hampir) 300.000 km/detik, sehingga langsung dikirim begitu sampai,
memungkinkan orang berdialog langsung, atau komunikasi interaktif. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat
disarikan pemahaman tentang telematika sebagai berikut
:
·
Telematika adalah sarana komunikasi jarak jauh melalui
media elektromagnetik.
·
Kemampuannya adalah mentransmisikan sejumlah besar
informasi dalam sekejap, dengan jangkauan seluruh dunia, dan dalam berbagai
cara, yaitu dengan perantaan suara, huruf, gambar dan data atau
kombinasi-kombinasinya. Teknologi digital memungkinkan hal tersebut terjadi.
·
Jasa telematika ada yang diselenggarakan untuk umum (online,internet),
dan adapula untuk keperluan kelompok tertentu atau dinas khusus (intranet).
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa telematika merupakan
teknologi komunikasi jarak jauh, yang menyampaikan informasi satu arah, maupun
timbal balik, dengan sistem digital.
·
Ragam Bentuk
Telematika
Ragam bentuk
yang akan disajikan merupakan aplikasi yang sudah berkembang diberbagai sektor,
maka tidak menutup kemungkinan terjadi tumpang tindih. Semua kegiatan dengan
istilah work and play dapat menggunakan telematika sebagai penunjang
kinerja usaha semua usaha dalam semua sektor, sosial, ekonomi dan budaya. Bentuk-bentuk tersebut adalah :
·
E-Goverment
E-goverment dihadirkan dengan maksud
untuk administrasi pemerintahan secara elektronik. Di Indonesia ini, sudah ada
suatu badan yang mengurusi tentang telematika, yaitu Tim Koordinasi Telematika
Indonesia (TKTI). TKTI mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan dan
mempelopori program aksi dan inisiatif untuk menigkatkan perkembangan dan
pendayagunaan teknologi telematika di Indonesia, serta memfasilitasi dan
memantau pelaksanaannya. Tim tersebut memiliki beberapa
terget. Salah satu targetnya adalah pelaksanaan pemerintahan online atau
e-goverment dalam bentuk situs/web internet. Dengan e-goverment, pemerintah
dapat menjalankan fungsinya melalui sarana internet yang tujuannya adalah
memberi pelayanan kepada publik secara transparan sekaligus lebih mudah, dan
dapat diakses (dibaca) oleh komputer dari mana saja.
E-goverment juga dimaksudkan untuk
peningkatan interaksi, tidak hanya antara pemerintah dan masyarakat, tetapi
juga antar sesama unsur pemerintah dalam lingkup nasional, bahkan
intrernasional. Pemerintahantingkat provinsi sampai kabupaten kota, telah
memiliki situs online. Contohnya adalah DPR, DKI Jakarta, dan Sudin Jaksel. Isi
informasi dalam e-goverment, antara lain adalah profil wilayah atau instansi,
data statistik, surat keputusan, dan bentuk interaktif lainnya.
·
E-Commerce
Prinsip e-commerce tetap pada
transaksi jual beli. Semua proses transaksi perdagangan dilakukan secara
elektronik. Mulai dari memasang iklan pada berbagai situs atau web, membuat
pesanan atau kontrak, mentransfer uang, mengirim dokumen, samapi membuat claim.
Luasnya wilayah e-commerce ini,
bahkan dapat meliputi perdagangan internasional, menyangkut regulasi,
pengiriman perangkat lunak (soft ware), erbankan, perpajakan, dan banyak
lagi. E-commerce juga memiliki istilah lain, yakni e-bussines. Contoh dalam kawasan
ini adalah toko online, baik itu toko buku, pabrik, kantor, dan bank
(e-banking). Untuk yang disebut terakhir, sudah banyak bank yang melakukan
transaksi melalui mobile phone, ATM (Automatic Teller Machine –
Anjungan Tunai Mandiri) , bahkan membeli pulsa.
·
E-Learning
Globalisasi telah menghasilkan
pergeseran dalam dunia pendidikan, dalri pendidikan tatap muka yang
konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka. Di Indonesia sudah
berkembang pendidikan terbuka dengan modus belajar jarah jauh (distance
lesrning) dengan media internet berbasis web atau situs.
Kenyataan tersebut dapat
dimungkinkan dengan adanya teknologitelematika, yang dapat menghubungkan guru
dengan muridnya, dan mahasiswa dengan dosennya. Melihat hasil perolehan belajar
berupa nilai secara online, mengecek jadwal kuliah, dan mengirim naskah tugas,
dapat dilakukan.
Peranan web kampus atau sekolagh
termasuk cukup sentral dalam kegiatan pembelajaran ini. Selain itu, web
bernuansa pendidikan non-institusi, perpustakaan online, dan interaksi dalam
group, juga sangatlah mendukung. Selain murid atau mahasiswa, portal e-learning
dapat diakses oleh siapapun yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis usia,
maupun pengalaman pendidikan sebelumnya.
Hampir seluruh kampus di Indonesia,
dan beberapa Sekolah Menegah Atas (SMA), telah memiliki web. Di DKI Jakarta,
proses perencanaan pembelajaran dan penilaian sudah melalui sarana internet
yang dikenal sebagai Sistem Administrasi Sekolah (SAS) DKI, dan ratusan web
yang menyediakan modul-modul belajar, bahan kuliah, dan hasil penelitian
tersebar di dunia internet.
Bentuk
telematika lainnya masih banyak lagi, antara lain ada e-medicine, e-laboratory,
e-technology, e-research, dan ribuan situs yang memberikan informasi sesuai
bidangnya. Di luar berbasis web, telematika dapat berwujud hasil dari kerja
satelit, contohnya ialah GPS (Global Position System), atau sejenisnya seperti
GLONAS dan GALILEO, Google Earth, 3G, dan kini 4G, kompas digital, sitem
navigasi digital untuk angkutan laut dan udara, serta teleconference.
Perkembangan
Telematika Di Indonesia
Ragam bentuk telematika tidak terlepas dari perkembangannya di masa lalu.
Untuk kasus di Indonesia, perkembangan telematika mengalami tiga periode
berdasarkan fenomena yang terjadi di masyarakat.
Pertama adalah periode rintisan yang berlangsung akhir tahun 1970-an sampai
dengan akhir tahun 1980-an. Periode kedua disebut pengenalan, rentang wktunya
adalah tahun 1990-an, dan yang terakhir adalah periode aplikasi. Periode ketiga
ini dimulai tahun 2000.
·
Periode Rintisan
Periode
Rintisan di Indonesia terhadap Timor Portugis, peristiwa Malari, Pemilu tahun
1977, pengaruh Revolusi Iran, dan ekonomi yang baru ditata pada awal
pemerintahan Orde Baru, melahirkan akhir tahun 1970-an penuh dengan pembicaraan
politik serta himpitan ekonomi. Sementara itu sejarah telematika mulai
ditegaskan dengan digariskannya arti telematika pada tahun 1978 oleh warga
Prancis. Mulai tahun 1970-an inilah Toffler menyebutnya sebagai zaman
informasi.
Namun
demikian, perhatian yang minim dan pasokan listrik yang terbatas, Indonesia
tidak cukup meningkatkan perkembangan telematika. Memasuki tahun 1980-an,
perubahan secara signifikan pun jauh dari harapan. Walaupun demikian, dalam
waktu satu dasawarsa, learn to use teknologi informasi, telekomunikasi,
multimedia mulai dilakukan. Jaringan telepon, saluran televisi nasional,
stasiun radio nasional dan internasional, dan komputer mulai dikenal di
Indonesia, walaupun penggunanya masih terbatas. Kemampuan ini dilatar belakangi
oleh kepemilikan satelit dan perekonomian yang meningkat dengan diberikannya
penghargaan tentang swasembada pangan dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)
kepada Indonesia pada tahun 1984. Penggunaan teknologi telematika oleh
masyarakat Indonesia masih terbatas. Sarana kirim pesan seperti yang sekarang
dikenal sebagi email dalam suatu group, dirintis pada tahun 1980-an Mailinglist
(milis) tertua di Indonesia dibuat oleh Johny Moningka dan Jos Lukuhay, yang
mengembangkan perangkat “pesan” berbasis “unix”, “ethernet”, pada tahun 1983
bersamaan dengan berdirinya internet sebagai protokol resmi di Amerika Serikat.
·
Periode Penganalan
Periode
Pengenalan berawal pada tahun 1990-an, teknologi telematika sudah banyak
digunakan dan masyarakat mengenalnya. Jaringan radio amatir yang jangkauannya
sampai ke luar negeri marak pada awal tahun 1990. Hal ini juga merupakan efek
kreativitas anak muda ketika itu, setelah dipinggirkan dari panggung politik,
yang kemudian disediakan wadah baru dan dikenal sebagai Karang Taruna. Internet
masuk ke Indonesia pada tahun 1994. Penggunanya tidak terbatas pada kalangan
akademisi, akan tetapi sampai ke meja kantor. ISP (Internet Service Provider)
pertama di Indonesia adalah IPTEKnet, dan pada tahun yang sama, beroperasi ISP
komersil pertama, yaitu INDOnet. Dua tahun keterbukaan informasi ini, salahsatu
dampaknya adalah mendorong kesadaran politik dan usaha dagang. Hal ini juga
didukung dengan hadirnya televisi swasta nasional, seperti RCTI (Rajawali Citra
Televisi) dan SCTV (Surya Citra Televisi) pada tahun 1995-1996. Teknologi
telematika, seperti computer, internet, pager, handphone, teleconference,
siaran radio dan televise internasional – tv kabel Indonesia, mulai dikenal
oleh masyarakat Indonesia. Periode pengenalan telematika ini mengalami lonjakan
pasca kerusuhan Mei 1998. Masa krisis ekonomi ternyata menggairahkan telematika
di Indonesia. Sementara itu, kapasitas hardware mengalami peningkatan, ragam
teknologi software terus menghasilkan yang baru, dan juga dilanjutkan mulai
bergairahnya usaha pelayanan komunikasi (wartel), rental computer, dan warnet
(warung internet). Kebutuhan informasi yang cepat dan tanggap dalam menyongsong
tahun 2000.
·
Periode Aplikasi
Periode
Aplikasi Reformasi pada tahun 2000 banyak disalah artikan, gejala yang serba
bebas, seakan tanpa aturan. Pembajakan software, Hp illegal, perkembangan
teknologi computer, internet, dan alat komunikasi lainnya, dapat dengan mudah
diperoleh, bahkan dipinggir jalan atau kios-kios kecil. Tentunya, dengan harga
murah. Keterjangkauan secara financial yang ditawarkan, dan gairah dunia
digital di era millenium ini, bukan hanya mampu memperkenalkannya kepada
masyarakat luas, akan tetapi juga mulai dilaksanakan dan diaplikasikan. Di
pihak lain, semuanya itu dapat berlangsung lancar dengan tersedianya sarana
transportasi, kota-kota yang saling terhubung, dan industri telematika dalam
negeri yang terus berkembang. Awal era millenium pemerintah Indonesia serius
menaggapi perkembangan telematika dalam bentuk keputusan politik. Keputusan
Presiden No. 50 Tahun 2000 tentang Tim Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI),
dan Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2001 tentang Pendayagunaan Telematika. Dalam
bidang yang sama, khususnya terkait dengan pengaturan dan pelaksanaan mengenai
bidang usaha yang bergerak di sector telematika, diatur oleh Direktorat Jendral
Aplikasi Telematika (Dirjen Aptel) yang kedudukannya berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia.
Teknologi
mobile phone begitu cepat pertumbuhannya. Muatannya yang mencapai 1 Gigabyte,
dapat berkoneksi dengan internet juga stasiun televisi, dan teleconference
melalui 3G. Teknologi computer, kini hadir dengan skala tera (1000 Gigabyte),
multi processor, multislot memory, dan jaringan internet berfasilitas wireless
access point. Bahkan, pada café dan kampus tertentu internet dapat diakses
dengan mudah dan gratis. Terkait dengan hal tersebut, Depkominfo mencatat bahwa
sepanjang tahun 2007 yang lalu, Indonesia telah mengalami pertumbuhan 48%
persen terutama di sektor sellular yang mencapai 51% dan FWA yang mencapai 78%
dari tahun sebelumnya. Selain itu, tingkat kepemilikan komputer pada masyarakat
juga mengalami pertumbuhan sangat signifikan, mencapai 38.5 persen. Sedangkan
angka pengguna Internet mencapai jumlah 2 juta pemakai atau naik sebesar 23
persen dibanding tahun 2006. Tahun 2008 ini diharapkan bisa mencapai angka
pengguna 2,5 juta.
Perkembangan
Telematika di Indonesia mengalami peningkatan, sejalan dengan inovasi teknologi
yang terjadi. Prospek ke masa depan, telematika di Indonesia memiliki potensi
yang tinggi, baik itu untuk kemajuan bangsa, maupun pemberdayaan sumber daya
manusianya. Dukungan politik pemerintah dengan berbagai kebijakannya, harus
lebih dapat menggairahkan telematika di Indonesia, dan tentunya industri, serta
pengaruh luar negeri mengambil peranan penting disamping ketertarikan
masyarakat yang membutuhkannya.
Sumber
:
Kesimpulan
Dukungan politik pemerintah dengan berbagai kebijakannya, lebih menggairahkan telematika di Indonesia, dan tentunya industri, serta pengaruh luar negeri mengambil peranan penting disamping ketertarikan masyarakat yang membutuhkannya.